Hi, my name is Novita Cornelly from Indonesia. I'm muslims and this is my personal blog about nursi

Rabu, 01 Maret 2017

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NUTRISI SISTEM GASTROINTESTINAL : GASTROENTERITIS

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Kebutuhan Nutrisi Akibat Kondisi Patologis Sistem Gastrointestinal Gastroenteritis
Keperawatan Medikal Bedah 1









Koordinator                : Ns. Siti Nadiroh, S. Kep, M. Kep
Dosen                          : Ns. Kartika Yanidrawati, S. Kep., MKM
Tingkat / Kelas            : II / C
Kelompok                   : 2 (gabungan)


Kelompok 3
1.      Ani Heryani
2.      Destriwinarni Prasetya
3.      Eva Nurhasanah
4.      Kenny Muhammad Rizky
5.      Nabila Ernita
6.      Neni Anjarwati
7.      Novita Westi Cornelly
8.      Putri Aryani
9.      Yucha Eka Presilia
Kelompok 4
1.      Dhea Rizky P
2.      Disa Apriyanti
3.      Elsa Andriyani S
4.      Fadiya Anggia
5.      Herlina Simanjuntak
6.      Ika Resti P
7.      Irvinny Laily
8.      Lenni
9.      Muttawakilah




AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTA
PROVINSI DKI JAKARTA
2017



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat,rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah dengan pembahasan tentang “Gastroenteritis” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I.
Makalah ini dibuat berdasarkan dari berbagai sumber terkait judul makalah sehingga dapat menghasilkan karya yang dapat dipertanggung jawabkan hasilnya. Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi, maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.




Jakarta, 24 Februari 2017




Penulis            


DAFTAR ISI


Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Tujuan 2
 BAB II TINJAUAN TEORI3
A. Konsep Kebutuhan Nutrisi3
B. Sistem Pencernaan7
C. Proses Pencernaan10
D. Konsep Gastroenteritis13
E. Jenis-jenis Gastroenteritis16
F. Patofisiologi Gastroenteritis17
G. Manifestasi Klinis Gastroenteritis19
H. Komplikasi Gastroenteritis19
I. Pemeriksaan Diagnostik20
J. Penatalaksanaan Medik20
BAB III PEMBAHASAN KASUS12
BAB IV PENUTUP31
4.1.Kesimpulan31
4.2.Saran31
DAFTAR PUSTAKA32


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000).
Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi. Sedangkam menurut Supariasa (2001),
Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting disekitar masyarakat yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama pada anak. Hal ini tercemin banyak orang yang menderita penyakit diare atau gastroenteritis yang masuk keluar dari Rumah Sakit.Akibat dari penyakit diare banyak faktor diantaranya kesehatan lingkungan, hygiene perorangan, keadaan gizi, faktor sosial ekonomi, menentukan serangan penyakit diare, walaupun banyak kasus diare yang mengalami dehidrasi namun banyak yang meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang tepat.
Masalah pada penyakit gastrointeritis atau diare yang dapat mengakibatkan kematian berupa komplikasi lain dan masalah lain yang berkaitan dengan diare belum sepenuhnya ditanggulangi secara memadai, namun berbagai peran untuk mencegah kematian yang berupa komplikasi dan masalah lain seperti pelayanan kesehatan yang baik dan terpenuhi, dalam mencegah penyakit diare dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua warga masyarakat tentang penyakit gastroenteriritis serta peran keluarga dan warga sekitarnya sangat mendorong turunnya terjadinya penyakit gastroenteritis karena dari keluargalah pola hidup seseorang terbentuk. Dengan pola hidup yang sehat dan bersih dapat mencegah terjadinya penyakit gastrointeritis.





1.2  Tujuan
1.      Mahasiswa dapat Memahami Konsep Nutrisi
2.      Mahasiswa dapat Memahami Sistem Pencernaan
3.      Mahasiswa dapat Memahami Proses Pencernaan
4.      Mahasiswa dapat Mengetahui Definisi Gastroentritis
5.      Mahasiswa dapat Mengetahui Etiologi Gastroentritis
6.      Mahasiswa dapat Mengetahui Jenis-jenis Gastroentritis
7.      Mahasiswa dapat Memahami Patofisiologi Gastroentritis
8.      Mahasiswa dapat Mengetahui Manfaat Gastroentritis
9.      Mahasiswa dapat Mengetahui Komplikasi Gastroentritis
10.  Mahasiswa dapat Mengetahui Pemeriksaan Diagnosa Gastroentritis
11.  Mahasiswa dapat Mengetahui Penatalaksanaan Medik Gastroentritis


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1  Konsep Nutrisi
A.    Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh manusia yang bertujuan menghasilkan energi yang nantinya akan digunakan untuk aktivitas tubuh serta ,mengeluarkan zat sisanya (hasil metabolisme). Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting.
Nutrisi berbeda dengan makanan, makanan adalah segala sesuatu yang kita makan sedangkan nutrisi adalah apa yang terkandung dalam makanan tersebut.

B.     Jenis Nutrisi
a. Karbohidrat
Karbohidrat adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon, hydrogen dan oksigen, terdapat dalam tumbuhan seperti beras, jagung, gandum, umbi-umbian, dan terbentuk melalui proses asimilasi dalam tumbuhan. Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Hampir 80% energi dihasilkan dari karbohidrat.
Fungsi karbohidrat:
1.      Sumber energi yang murah
2.      Memberi rasa kenyang.
3.      Sumber energi utama bagi otak dan syaraf
4.      Membuat cadangan tenaga tubuh
5.      Pengaturan metabolisme tubuh
6.      Untuk efesiensi penggunaan protein
Pembentukan cadangan sumber energi, kelebihan karbohidrat dalam tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak sebagai cadangan sumber energi yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan.

Berdasarkan susunan kimianya karbohidrat dibagi menjadi tiga golongan:
1)        Monosakarida (gula sederhana)
Monosakarida adalah karbohidrat paling sederhana yang merupakan molekul terkecil karbohidrat. Dalam tubuh monosakarida langsung diserap oleh dinding-dinding usus halus dan masuk ke dalam peredaran darah.
Monosakarida dikelompokkan menjadi tiga golongan:
a)      Glukosa: disebut juga dekstrosa yang terdapat dalam buah-buahan dan sayur-sayuran. Semua jenis karbohidrat akhirnya akan diubah menjadi glukosa.
b)      Fruktosa: disebut juga levulosa, zat ini bersama-sama glukosa terdapat dalam buah-buahan dan sayuran, terutama dalam madu, yang menyebabkan rasa manis.
c)      Glaktosa: berasal dari pemecahan disakarida.
2)        Disakarida (gula ganda)
Glisakarida adalah gabungan dari dua macam monosakarida. Dalam proses metabolisme, disakarida akan dipecah menjadi dua molekul monosakarida oleh enzim dalam tubuh.
Disakarida dikelompokkan menjadi tiga golongan:
a)      Sukrosa: terdapat dalam gula tebu, gula aren. Dalam proses pencernaan, sukrosa akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa.
b)      Maltosa: hasil pecahan zat tepung (pati), yang selanjutnya dipecah menjadi dua molekul glukosa.
c)      Laktosa (gula susu): banyak terdapat pada susu, dalam tubuh laktosa agak sulit dicerna jika dibanding dengan sukrosa dan maltosa. Dalam proses pencernaan laktosa akan dipecah menjadi 1 molekul glukosa dan 1 molekul galaktosa.
3)        Polisakarida (karbohidrat kompleks)
Polisakarida merupkan gabungan beberapa molekul monosakarida. Disebut oligosakarida jika tersusun atas 3-6 molekul monosakarida dan disebut polisakarida jika tersusun atas lebih dari 6 molekul monosakarida (Pekik, 2007).
Polisakarida dikelompokkan menjadi tiga golongan:
a)      Pati: merupakan sumber kalori yang sangat penting karena sebagian besar karbohidrat dalam makanan terdapat dalam bentuk pati.
b)      Glikogen: disebut juga pati binatang, adalah jenis karbohidrat semacam gula yang disimpan di hati dan otot dalam bentuk cadangan karbohidrat.
c)      Serat
d)     Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan. Lemak dan minyak terdiri atas gabungan gliserol dan asam-asam lemak.
Fungsi lemak:
1.      Sebagai sumber energi.
2.      Membangun jaringan tubuh.
3.      Fungsi perlindungan.
4.      Penyekatan/isolasi, lemak akan mencegah kehilangan panas dari tubuh
5.      Perasaan kenyang, lemak dapat menunda waktu pengosongan lambung dan mencegah timbulnya rasa lapar.
6.      Vitamin larut dalam lemak.
e)      Protein
Protein merupakan konstituen penting pada semua sel, jenis nutrien ini berupa
struktur nutrien kompleks yang terdiri dari asam-asam amino.
Fungsi protein:
1.      Menggantikan protein yang hilang selama proses metabolisme yang normal dan proses pengausan yang normal.
2.      Menghasilkan jaringan baru.
3.      Diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang baru dengan fungsi khusus dalam tubuh yaitu enzim, hormon dan hemoglobin.
4.      Sebagai sumber energi (Trisa, 2008).
Berdasarkan sumbernya protein diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1.      Protein hewani: Yaitu protein dalam bahan makanan yang berasal dari binatang seperti protein dari daging, protein dari susu.
2.      Protein nabati: Yaitu protein yang berasal dari bahan makanan tumbuhan, seperti protein dari jagung, protein dari terigu.

Berdasarkan fungsi fisiologiknya protein diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
Protein sempurna: Bila protein ini sanggup mendukung pertumbuhan badan dan pemeliharaannya.
Protein setengah sempurna: Bila protein ini sanggup mendukung pemeliharaan jaringan, tetapi tidak dapat mendukung pertumbuhan badan.
Protein tidak sempurna: Bila tidak sanggup menyokong pertumbuhan badan maupun pemeliharaan jaringan (Djaeni, 2000).
f.       Vitamin
Vitamin adalah bahan organik yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.
Ada dua jenis vitamin:
Vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K.
Vitamin larut air yaitu vitamin B dan C (tidak disimpan dalam tubuh).
e.       Mineral
Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim, dan sangat penting dalam pengendalian sistem cairan tubuh. Mineral merupakan konstituen esensial pada jaringan lunak, cairan dan rangka. Rangka mengandung sebagian besar mineral. Tubuh tidak dapat mensintesis sehingga harus disediakan lewat makanan.
Fungsi mineral:
Konstituen tulang dan gigi.
Pembentukan garam-garam yang larut dan mengendalikan komposisi cairan tubuh.
Bahan dasar enzim dan protein (Trisa, 2008).
g.      Air
Air merupakan komponen terbesar dalam struktur tubuh manusia. Kurang lebih 60-70% berat badan orang dewasa berupa air sehingga air sangat diperlukan oleh tubuh, terutama bagi mereka yang melakukan olahraga atau kegiatan berat.
Fungsi air:
Sebagai media transportasi zat-zat gizi, membuang sisa-sisa metabolisme, hormon ke organ sasaran (target organ).
Mengatur temperatur tubuh terutama selama aktivitas fisik.
Mempertahankan keseimbangan volume darah (Pekik, 2007).

2.2  Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri dari couvum oris, faring, esofagus, gaster, intestine tenue, intestine crasum,dan rektum. Selain itu dibahas juga hepar, kandung empedu, dan pankreas.
Sistem pencernaan berfungsi sebagai transport, pengelolaan fisik, pengelolaan kimiawi dan reabsorbsi. Pencernaan berlangsung mekanik dan kimiawi meliputi ingesti (masuknya makanan kedalam mulut), pemotong dan penggilingan, peristaltis  (gerakan kontraksi otot polos usus), digresi (penguraian molekul ukuran besar menjadi lebih kecil), absorpsi (penyerapan produk akhir pencernaan ke sirkulasi) dan egesti/defekasi (eleminasi produk sisa pencernaan).
Secara histologi dinding saluran cerna secara garis besar memiliki 4 lapisan dari dalam keluar, yaitu:
1.      Mukosa, terdiri atas 3 lapisan yaitu epitel (untuk pelindungan, sekresi, dan absorpsi), lamina propia (menopang epitel dan mengandung pembuluh dadrah limfatik, nodus limfe dan kelenjar) dan mukosa muskularis (mengandung lapisan otot polos longitudinal).
2.      Submukosa, erdiri atas jaringan ikat aeroral mengandung pembuluh dadrah limfatik, kelenjar submukosa, pleksus saraf serta sel-sel genglion (pleksus meissner).
3.      Muskularis eksterna, terdiri atas lapisan otot yaitu lapisan otot sirkulasi dalam dan lapsan otot longiudinal luar. Kontraksi gelombang otot ini menghasilkan gerakan peristaltik.
4.      Serosa (adventisia) diebut juga peritoneum visceral, terdiri atas memran serosa jaringan ikat longgar yang dilapisi oleh sel skuamosa sederhaana.
Persarafan pada sistem saluran cerna terdiri dari persarafan intristic dan ekstrintic.
a.       Persyarafan instrintik
Persarafan ini disebut juga sebagai entric nervous system (sistem saraf entric) yaitu kumpulan neuron-neuron yang mampu berfungsi mandiri walaupun tanpa kendali dari sistem saraf pusat (brain oof the gut). Persarafan entric berfungsi dalam motilitas e sekresi, eksokrin dan endokri. Terdapat 2 flexsus utama pada pesarafan enteric ini yaitu:
1)      Flexsus myentric (aurebac’h) terleta diantara lapisan otot longitudinal sirkuler sepanjang saluran cerna, terutama memberikan inervasi motorik kepada kedua lapisan tersebbut dan inervasi sekretomotor ke mukosa.
2)      Flexsus submucosa (meissner’s) terletak di submucosa yatu terletak diantara lapisan otot sirkuler dan muscularis mukosa. Flexsus ini menginervasi epitel garam duler, sel-sel endokrin usus dan pembuluh darah submukosa. Terdapat neurotansmiter sebagai mediator yaitu acetyl-choline, neuropeptida seperti cholecystokinin (CCK), glanin, calcitonin gene related peptide (CGRP), gastrin releasing peptide (GRP), enkephalins, somatostatin, subtance P, vasoactive intestinal polyeptide (VIP); purine, nitric oxide, dan kemungkinan juga asam-asam amino seperti gamma amino butyic acid (GABA).
b.      Saraf ekstetrik
Saraf ini berupa seraut-serabut sensorik (affrent) dari saraf simpatis, maupun saraf somtic. Saraf-saraf ini ini menghubungkan sistem saraf eksentrik dengan sistem saraf pusat yang berperan peting dalam penyelarasan erbagai fungsi sistem saraf enteric. Parasympatetic motor pathway yang mengaatur fungsi motorik dan sekretomotorik saluran cerna bagian atas sampai ke colon transversum sebelah kanan aadalah berasal dari nervus vagus. Sedangkan parasympathetic motor pathway yang mengatur fungsi koln distal dan rectum berasal dari nervu sacralis.
Saraf simpatis dihantarkan oleh medulla spinalis yang berfnsi menghambat fugsi pencernaan dengan cmenghambat kontraksi otot polos , menurunkan motilitas dan mengahambat sekresi kelenjar. Saraf parasimatis meningkatakna fungsi pencernaan dibawah control nervus X dengan meningkatkan miotilitas dan sekresi.
Saluran gastrointestinal (GI) adalah jalur (panjang totalnya 23 sampai 26 kaki) yag berjalan dari mulut melalui esofagus, lambung, usus, dan sampai anus.
a.       Esofagus
Terletak dimediastiniium rongga trokal, anterior terhadap tulung punggung dan posterior terhadap trakhea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini , yang panjangnya kira-kira 25 cm (10inci), menjadi distensi bila makanan melewatinya.
b.      Lambung
Terletak dibagian atas abdomen sebelah kiri dan garis tengah tubuh, tepat dibawah diagfragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml. Inlet kelambung disebut pertemuan esofagus grastrik. Bagian ini dikelilingi oleh cincin otot halus. Disebut spingter esofagus bawah (spingter kardia) yang, pada saat kontraksi, menutup lambung dadri esofagus. Lambung agar dibagi kedalam 4 bagian anatomis:
1)      Kardia (jalan masuk)
2)      Fundus
3)      Korpus
4)      Pilorus (outlet)
Otot halus sekuler didinding pilorus membentuk spingter piloris dan mengonrol lubang diantara lambung dan usus halus.
c.       Usus  halus
Segmen paling panjang dari saluran GI, yang jumah panjangnya kira-kira 2/3 dari pannjang total saluran. Bagian ini membalik dan melipat diri yang memungkinkan kira-kira 7000cm area permukaan untuk sekresi dan absorbsi dan usus halus dibagi kedalam tiga bagian:  Anatomik: bagian atas disebut duodenum; bagian tengah disebut yeyunum; dan bagian bawah disebut ileum. Duktus kolodekus, yang memungkinkan untuk pasase baik empedu dan sekresi pankras, mengosongkan diri kedalam duedenum pada ampula veter.
d.      Pertemuan antra usus halus dan besar terletak dibagian bawah kanan duedenum. Ini disebut sekum. Pada pertemeuan ini yaitu katup ilosekal, yang berfungsi untuk mengontrol pasase isi usus besar dan mencegah refluks bakteri kedalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks veriformis.
e.       Usus besar
Terdiri dari segmen asenden  dari sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang dari abdomenn atas kekiri, dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus besar terdiri daridua bagian: kolon sigmoid dan rektum.
f.       Rektumberlanjut pada anus. Jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang membentuk baik sfingter internal dan ekstrenal.



2.3  Proses pencernaan
Untuk melakukan fungsinya, semua sel tubuh memerlukan nutrien. Nutrien ini harus diturunkan dari masukan makanan yang terdiri dari protein, lemka, dan karbohidrat vitamain, dan mineral serta serta selosa dan bahan sayuran lain yang tidak bernialai nutrisi.
Fungsi utama pencernaan dadri saluran gastrointestinal yang berhubungan dengan memberikan kebutuhan tubuh ini:
a.       Memecahkan partikel makanan kedalam bentuk molekuler untuk dicerna
b.      Mengabsorbsi hasil pencernaan dalam bentuk molekul kecil kedalam aliran darah
c.       Mengeliminasi makanan yang tidak tercerna dan terabsorbsi dan produk sisa lain dari tubuh
Saat makanan didorong melalui saluran gastrointestinal, makanan mengalami kontak dengan berbagai sekresi yang membantu dalam pencernaan, penyerapan, atau eliminasi dari saluran gastrointestinal.

Kerja lambung
Lambung mensekresi cairan yang sangat asam dalam berespons atau sebagai antisipasi terhadap pencernaan makanan.Cairan ini, yang dapat mempuanyai pH serendah 1, memperoleh keasamannya dari asam hidroklorida yang disekresikan oleh kelenjar lambung.
Fungsi sekresi asam ini ada dua kali lipat: (1) untuk memecah makanan menjadi komponen yang lebih dapat diabsorpsi, (2) untuk membantu destruksi kebanyakan bakteri pencernaan. Lambung dapat menghasilkan sekresi kira-kira 2,4 L/hari.
Sekresi lambung juga mengandung enzim pepsin yang penting untuk memulai pencernaan protein.Faktor intrinsik juga disekresi pleh mukosa gaster.Senyawa ini berkombinasi dengan vitamin B3 dalam diet, sehingga vitamin dapat diabsorbsi dalam ileum.

Kerja usus halus
Proses pencernaan berlanjut ke duodenum. Sekresi di dalam duodenum datang dari pankreas, hepar dan kelenjar di dinding usus itu sendiri.karakteristik utama darisekresi ini adalah kandungan enzim pencernaan yan tinggi.
Sekresi pankreas mempunyai pH alkalin, karena konsentrasi bikarbonatnya yang tinggi.Ini menetralisasi asam yang memasuki duodenum dari lambung.Pankreas juga mensekresi enzim pencernaan, termasuk tripsin yang membantu dalam pencernaan protein, amilase yang membantu dalam percernaan zat pati, dan limpase yang membantu dalam pencernaan lemak.
Empedu disekresikan oleh hepar dan disimpan dalam kandung empedu, membantu mengemulsikan lemak yang dicerna, sehingga membuatnya mudah untuk dicerna dan diabsorpsi.
Sekresi kelenjar usus terdiri dari mukus yang menyelimuti sel-sel  dan melindungi mukosa dari serangan oleh asam hidroklorida, asam, hormon, elektrolit dan enzim. Hormon, neuroregulator dan regulator lokal ditemukan di dalam sekresi usus, berfungsi mengontrol laju sekresi usus dan mempengaruhi motalitas gastrointestinal. Sekresi usus total kira-kira getah pankreas 1L/hari, empedu 0,5 L/hari, dan kelenjar usus halus 3L/hari.
Ada dua tipe kontraksi yang terjadi secara teratur di usus halus. Kontraksi segmen yang menghasilkan campuran gelombang yang menggerakan isi usus ke belakang dan depan dalam gerakan mengaduk. Peristaltik usus mendorong isi usus halus tersebut ke arah kolon.
Makanan yang pada awalnya dicerna di dalam bentuk lemak, protein dan karbohidrat dipecahka menjadi nutrisi unsur pokoknya melalui proses pencernaan. Karbohidrat dipecahkan menjadi disakarida (misalnya sukrosa, maltosa, dan galaktosa) dan monosakarida (misalnya glukosa dan fruktosa).Glukosa adalah karbohidrat utama yang digunakan sel-sel untuk bahan bakar.
Protein dipecahkan menjadi asam amino dan peptida lemak yang dicerna diemulsikan menjadi monogliserida dan asam lemak.Molekul yang lebih kecil ini kemudian siap diabsorpsi.Vitamin dan mineral tidak dicerna, tetapi lebih diabsorpsi tanpa perubahan secara esensial.Absorpsi berpindah ke jejenum dan diselesaikan oleh transpor aktif maupun difusi.
Kerja kolon
Dalam 4 jam setelah makan, materi sisa residu melewati ileum terminalis dan dengan perlahan melewati bagian proksimal kolon melalui katup ileosekal. Kaup ini yang secara normal tertutup, membantu membantu mencegah isi kolon mengalir kembali ke usus halus.Pada setiap gelombang peristaltik, katu terbuka secara singkat dan memungkinkan sebagian isinya masuk ke dalam kolon.
Populasi bakteri adalah komponen utama dari isi usus besar.Bakteri membantu menyelesaikan pemecahan materi sisa dan garam empedu.Dua jenis sekresi kolon ditambahkan pada materi sisa mukus dan larutan elektrolit.Larutan elektrolit adalah larutan bkarbonat yang bekerja untuk menetralisasi produk akhir yang terbentuk melalui kerja bakteri kolonik.Mukus ini melindungi mukosa kolon dari isi interluminal dan juga memberikan perlekatan untuk masa fekal.
Aktivitas peristaltik yang lemah menggerakan isi kolonik dengan perlahan sepanjang saluran.Transpor lambat ini memungkinkan reabsorpsi efisien terhadap air dan elektrolit.Gelombang peristaltik kuat intermiten mendorong isi untuk jarak tertentu. Hal ini terjadi secara umum setelah makanan lain dimakan, bila hormon perangsang usus dilepaskan. Materi sisa dari makanan akhirnya mencapai dan mengembangkan anus, biasanya dalam waktu 12 jam.Sebanyak seperempat dari materi sisa dari makanan mungkin tetap berada di rectum 3 hari setelah makanan dicerna.

Defekasi, feses dan flatus
Distensi rektum secara relatif menimbulkan kontraksi otot-ototnya dan merilekskan sfingter anal internal yang biasanya tertutup.Sfingter internal dikontrol oleh sistem saraf otonom, sfingter eksternal dibawah kontrol sadar dari korteks serebral.Selama defekasi sfringter anal eksternal secara volunter rileks untuk memungkinkan isi kolon keluar.Secara normal, sfingter anal eksternal dipertahankan pada status kontraksi tonus.Oleh karena itu defekasi terlihat menjadi refleks spinal yang dapat secara volunter dihambat dengan mempertahankan sfringter eksternal tertutup.Kontraksi otot abdomen memudahkan pengosongan kolon.
Rata-rata frekuensi defekasi pada manusia adalah sekali sehari, tetapi frekuensi bervariasi antar individu.Perubahan kebiasaan usus dapat memperberat penyakit kolonik.Peningkatan pada frekuensi defekasi dsebut diare, sebaliknya penurunan frekuensi disebut konstipasi.Lansia cenderung mmengalami perubahan frekuensi defekasi.
Feses terdiri dari bahan makanan yang tidak tercerna, materi anorganik, air, dan bakteri.Bahan fekal kira-kira 75% materi cair dan 2% materi padat.Komposisi ini relatif tidak dipengaruhi perubahan diet, karena bagian terbesar pada fekal adalah berasal dari nondiet, diturunkan dari ekskresi saluran gastro intestinal.Warna coklat dari feses dihubungkan dengan pemecahan empedu oleh bakteri usus.
Kimiawi dibentuk oleh bakteri usus (khususnya indol dan skatol) berperan besar dalam menimbulkan bau feses. Gas-gas yang dibentuk antara lain terdiri dari metan, sulfida hidrogen, dan amonia. Saluran gastro intestinal secara normal mengandung kira-kira 150 ml gas-gas ini.Gas-gas ini diabsorpsi da dalam sirkulasi portal dan didetoksifikasi oleh hepar atau dikeluarkan dari rektum (flatus).Pasien dengan penyakit hepar seringkali diobati dengan antibiotik untuk menurunkan jumlah bakteri kolonik dan dengan demikian menghambat produksi gas-gas toksik.

2.4    Gastroentritis (GE)
Gastroentritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan suhu tubuh.Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir). (Suratun, 2010)
Inflamasi yang bersifat sembuh sendiri pada lambung dan usus halus. (Saputra, Lyndon. 2014)
Gastroenteritis adalah adanya inflamasi pada membran mukosa saluran pencernaan dan ditandai dengan diare dan muntah (Susuilaningrum, 2013)
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus. Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus, muntah- muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yangmenimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. (LynnBetz,2009)

2.5    Etiologi Gastroentritis (GE)
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain adalah faksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsing lama, kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
1.      Infeksi Bakteri (Salmonella spp, campylobacter jejuni, stafilococcus aureus, bacillus cereus, clostridium perfringens dan enterohemorrhagic escherichia coli (EHEC)
2.      Infeksi Virus (tota-virus, adenovirus enteris, virus norwalk), parasit (biardia lambia, cryptosporidium). (Suratun. 2010)
3.      Infeksi parasit: cacing (ascori, trichoris, oxyruis, histolitika, gardia lamblia, tricomona hominis), jamur (candida albicans)
Infeksi diluar alat pencernaan seperti: otitis media akut (OMA), translitis, aonsilotaringitis, bronco pneumonia, encetalitis. Beberapa faktor resiko terjadinya diare adalah makanan atau minuman terkontaminasi bakteri, bepergian kenegara endemis dengan sanitasi lingkungan dan kebersihan air yang buruk, penggunaan antibiotik yang berkepanjangan, HIV positif atau AIDS (Suratun. 2010).


Onset
Durasi
Tanda dan Gejala
1.      Viral
a.       Rotavirus, Norwalk

18-24 jam

24-48 jam

Eksplosif, diare berair, mual, muntah, kram abdomen
2.      Bakteri
a.       E. Coli




b.      Enterohe moragik E.Coli (0157:H7)


c.       Shigella








d.      Salmonella





e.       Campylobacter Spp





f.       Clostridium Perfringes

4-24 jam




4-24 jam



24 jam








6-48 jam 





24 jam





8-12 jam

3-4 hari




4-9 hari



7 hari








2-5 hari





<7 hari





24 jam

Frekuensi 4-5 kali/hari, mual, lemas, demam ringan

Diare berdarah, kram hebat, demam

Diare dengan konsistensi cair, berlendir dan mengandung darah, tenesmus, tidak dapat ditahan, kram hebat, demam

Diare dnegan konsistensi cair, mual, muntah, nyeri abdomen, demam

Diare dengan konsistensi cair, lemas, mual, kram, demam ringan

Diare dengan mengandung air, nyeri abdomen, muntah
3.      Parasit
a.       Giardia lamblia







b.      Entamoeba histolytica








c.       Cryptosporidium

1-3 minggu







4 hari









2-10 hari

Beberapa hari-3 bulan






Minggu-bulan







1-6 bulan

Serangan tiba-tiba, ekplosif, malodor, diare cair, flatulensi, nyeri epigastrium dan kram, mual

Diare cair dengan darah dan mucus, flutulens, distensi, kram abdomen, demam, lekosit terdapat pada feses

Diare cair, mual, muntah, kram abdoemn, penurunan berat badan pada pasien AIDS





2.6     Jenis-jenis Gastroentritis
a.     Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan menjadi:
1)      Diare non inflamasi. Diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen jarang terjadi atau bahkan tidak sama sekali. Dehidrasi cepat terjadi apabila tidak mendapat cairan penggangi. Tidak ditemukan lekosit pada pemeriksaan feses rutin.
2)      Diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan pengeluaran sitotoksin di kolon. Gejala klinis ditandai mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, gejala dan tanda dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lendir dan darah pada pemeriksaan feses rutin, dan c=secara mikroskopis terdapat sel leukosit polimorfonuklear.
b.    Diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Mekanisme terjadinya diare yang akut mapupun yang kronik dapat dibagi menjadi diare sekresi, diare osmotik, diare eksudatif dan gangguan motilitas.
1)      Diare sekresi, diare dengan volume feses banyak biasanya disebabkan oleh gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan sekresi air dan elektrolit namun kemampuan absopsi mukosa usus ke dalam lumen usus menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri (seperti toksin kolera), pengaruh garam empedu, asam lemak rantau pendek, laksatif non osmotic dan hormon intestinal (gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP).
2)      Diare osmotic, terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorpsi sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari plasma ke lumen usus sehingga terjadilah diare. Sebagai contoh malabsorpsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.
3)      Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.
4)      Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu transit makanan/minuman di usus menjadi lebih cepat. Pada kondisi tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus dapat muncul diare ini.

2.7    Patofisiologi Gastroentritis (GE)
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi bakteri, malabsorpsi, atau sebab yang lain. Proses infeksi, proses ini diawali dengan adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam saluran pencernaan, kemudian berkembang biak dalam lambung dan usus. Mikroorganisme yang masuk dalam lambung dan usus memproduksi toksin, yang terikat pada mukosa usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation, natrium dan kalium.infeksi bakteri jenis enteroinvasif seperti:E.coli, Paratyphi B.Salmonella, Shigella, toksin yang dikeluarkannya dapat menyebabkan kerusakn dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Diare bersifat sekretori eksudatif, cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. (Suratun. 2010)
Faktor malabsorpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi terhadap makanan atau zat yang mengakibatkan tekana osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare. (Suratun. 2010)
Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya jika hipoperistaltik akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga terjadi diare. Akibat dari diare dapat menyebabkan kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asambasa (Asidosis metabolik dan hipokalemi), gangguan nutrisi (intake kurang, output berlebihan). (Suratun. 2010)





2.8    Manifestsi Klinis Gastroentritis (GE)
a.         Muntah-muntah dan atau suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang.
b.        Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kram perut.
c.         Tanda-tanda dehidrasi muncul bila intake cairan lebih kecil daripada output. Tanda-tanda tersebut adalah perasaan haus, berat badan menurun , mata cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun dan suara serak. Hal ini disebabkan deplesi air yang isotonik.
d.        Frekuensi napas lebih cepat dan dalam (pernapasan kussmaul) terjadi bila syok berlanjut dan terdapat asidosis. Bikarbonat dapat hilang karena muntah dan diare sehingga dapat terjadi penurunan pH darah. pH darah yang menurun ini merangsang pusat pernapasan agar bekerja lebih cepat dengan meningkat pernapasan dengan tujuan mengeluarkan asam karbona sehingga pH kembali normal. Asidosis metabolic yang tidak terkompensasi ditandai oleh base excess negative, bikarbonat standard rendah dan PaCO2 normal. Tanda-tanda dehidrasi berat dan sudah terjadi syok hipovlemik adalah tekanan darah menurun atau tidak terukur, nadi cepat, gelisah, sianosis, dan ektremitas dingin. Pada diare akut dapat terjadi hipokalemia akibat kalium ikut terbuang bersama cairan feses sehingga beresiko terjadi aritmia jantung.
e.         Anuria karena penurunan perfusi ginjal dan menimbulkan nekrosis tubulus ginjal akut, dan bila tidak teratasi, klien beresiko menderita gagal ginjal akut. (Suratun. 2010)

2.9    Komplikasi Gastroentritis (GE)
a.         Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit memicu shock hipovolemik, dan lehilamgan elektrolit seperti hipokalemia (kallium <3 meq/liter) dan asidosis metabolik. Pada hipokalemia, waspadai tanda-tanda penurunan tekanan darah, anoreksia dan mengantuk.
b.        Tubular nekrosis akut dan gagal ginjal pada dehidrasi yang berkepanjangan. Perhatikan pengeluaran rin <30ml/jam selama 2-3 jam berturut-turut.
c.         Sinrom guillain-barre.
d.        Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena campylobacter, shigella, salmonella, atau yersinia spp.
e.         Disritmia jantung berupa takikardia atrium dan ventrikel, fibrilasi ventrikel dan kontraksi ventrikel prematur akibat gangguan elektolit terutama oleh hipokalemia. (Suratun. 2010)

2.10 Pemeriksaan Diagnostik Gastroenteritis
a.    Pemeriksaan tinja
1.    Makroskopis dan mikroskopis
2.    pH dan kada gula dalam feses.
3.    Bila perlu diadakan uji bakteri.
Pemeriksaan feses: bila terdapat leukosit menunjukkan adanya inflamasi kolon, adanya diare yang berdarah perlu dilakuka kultur feses karena dicurigai penyebabnya adalah EHEC (Enterohemorragic E.coli), (EHEC) 0157:H7 atau bakteri/parasit/virus lainnya.
b.      Pemeriksaan kimiawi darah (ureum, kretinin), kadar elektrolit darah (natrium, kalium, klorida, fosfat), analisa gas darah dan pemeriksaan darah lngkap perlu dilakukan pada kasus diare berat.
c.       Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi, dan lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut akibat infeksi.

2.11     Penatalaksanaan Medik Gastroenteritis
a.    Penggantian cairan dan elektrolit
1.    Rehidrasi oral dilakukan pada semu pasien yang masih mampu minum pada diare akut. Diberikan hidrasi intravena pada kasus diare hebat. Rehidrasi oral terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 gram kalium klorida, dan 20 gram glukosa per liter air. Cairan rehidrasi oral dapat dibuat sendiri oleh pasien dengan menambahkan ½ sednok teh baking soda, dan 2-4 sendok makan gula perliter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Minum cairan sebanyak mungkin atau berikan oralit.
2.    Diberikan hidrasi intravena pada kasus diare hebat. naCl atau laktat ringer harus diberikan dengan suplementasi kalium.
3.    Monitor status hidrasi, tanda-tanda vital dan ouput urine.
Penggantian cairan dapat menggunakan rumus metode Pierce berdasarkan keadaan klinis yaitu:
a)    Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% c KgBB
b)   Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% x KgBB
c)    Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% c KgBB
Atau dapat menggunakan formulasi Goldbeger.Ia mengemukakan beberapa cara menghitung kebutuhan cairan:
1.    Cara I: jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi lainnya, maka kehilangan cairan kira-kira 2% dari berat badan pada waktu itu. Bila disertai mulut kering, oliguria, maka defisit cairan sekitar 6% dari berat badan saat itu. Bila ada tanda-tanda diatas disertai kelemahan fisik yang jelas, perubahan mental seperti bingung atau delirium, maka  defisit cairan sekitar 7-14% atau sekitar 3,5-7 liter pada orang dewasa dengan berat badan 50Kg.
2.    Cara II: jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan berat nadan 4 Kg apada fase akut salam dengan defisit air sebanyak 4 liter.
3.    Cara III: dengan menggunakan rumus: Na2 x BW2 +Na1 x BW1
Dimana:
Na1 + kadar natrium plasma normal, BW1+ volume air badan normal, biasanya 60% dari berat adan untuk pria dan 50% untuk wanita; Na2= kadar natrium plasma sekarang; BW2 = volume air badan sekarang.

Jenis cairan infus
No
Jenis Cairan
Kegunaan
1
Larutan isotonis
NaCl (Normal Salin) 0,9%
Ringer Laktat (RL)
Dektrose 5% dalam air (D5W)
Larutan isotonis NaCl dan RL menetap dalam kompartemen vaskuler, mengembangkan volume vaskuler.
D5W adalah isotonik pada awal pemberian tetapi meneydiakan air bebas ketika dektrose dimetabolisme, meningkatkan volume cairan intraseluler dan ekstraseluler.
2
Larutan Hipotonik
naCl 0,45% dan NaCl 0,33%
Larutan hipotonik untuk restorasi air dan menangani dehidrasi seluler. Larutan ini meningkatkan produk sisa oleh ginjal.
3
Larutan hipertonik
Dektrose 5% dalam NaCl
Dektrose 5% dalam 0,45 %
NaCl
Dektrose 5% dalam RL
Larutan hipertonik menarik cairan keluar dari kompartemen intraseluler dan interstitial ke dalam kompartemen vaskuler, mengembangkan volume vaskuler.

b.    Pemberian antibiotik
Pengobatan antibiotik pada umumnya tidak dianjurkan karena akan mengubah flora normal usu dan menyebabkan diare menjadi lebih bruk. Pada diare akut infeksi, 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik.Pemberian antibiotik di dindikasikan pada pasein dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, fese berdarah, leukosit pada feses. Metronidazole merupakan obat yang elektif dan aman untuk giardia lamblia dan abkteri anaerob yang sering terdapat pada blind loop sysnrome. Terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman. Campylobacter, salmonella/shigella diberikan ciprofloksasin 500mg oral.
1.    Pengobatan dengan obat anti diare, tidak perlu diberikan obat anti diare seperti kaolin, pektin, difenoksilat (lomotil) karena dapat memperlambat motilitas usus sehingga enteritis akan memanjang.
2.    Pemberian nutrisi parenteral bertujuan untuk mempertahankan sirkulasi, mencukupi dan mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit, mencegah dan mengganti kehilangan jaringan tubuh dan mengurangi morbiditas dan mortalitas. Meringankan kerja usus, tidak merangsang produksi asam lambung dan dapat diberikan dalam jumlah yang tepat


BAB III
TINJAUAN KASUS

Seorang perempuan usia 23 tahun dirawat semalam dengan keluhan BAB cair 5x dalam sehari, warna kuning kehijauan bercampur lendir, mual dan muntah dua kali dan badan panas. Keluhan dirasakan sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit. Saat pengkajian diperoleh data klien mengatakan bahwa badan terasa lemah, demam, dan muntah. TD 80/50 mmHg, Nadi 112 x/menit, Suhu 390C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit, terapi : infuse RL 17 tetes/menit.
Injeksi :
1.      Novalgin injeksi 3x1 ampul
2.      Ulsikur 3x200mg
3.      Cefotaxime  3x500mg

DATA FOKUS
Data Subjektif
Data Objektif
1.      Pasien mengatakan BAB cair 5x dalam sehari
2.      Pasien mengatakan mual dan muntah dua kali
3.      Pasien mengatakan bahwa badan terasa demam

1.      Warna kuning kehijauan bercampur lendir
2.      Pasien terlihat lemah
3.      TD 80/50 mmHg, Nadi 112 x/menit, Suhu 390C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit
4.      Terapi : infuse RL 17 tetes/menit.
5.      Injeksi :
·      Novalgin injeksi 3x1 ampul
·      Ulsikur 3x200mg
·      Cefotaxime  3x500mg








ANALISA DATA
Data Subjektif dan Objektif
Problem
Etiologi
DS :
1.   Pasien mengatakan BAB cair 5x dalam sehari
2.   Pasien mengatakan mual dan muntah dua kali
3.   Pasien mengatakan bahwa badan terasa demam

DO :
1.   Warna kuning kehijauan bercampur lendir
2.   Suhu 390C
3.   TD 80/50 mmHg
4.   Nadi : 112x/menit
5.   RR: 22x/menit
6.   Pasien terlihat lemas
7.   Terpasang infus RL 17 tetes/menit
Kekurangan Volume cairan
Kehilangan cairan aktif
DS:
1.   Pasien mengatakan mual dan muntah dua kali
DO:
1.   Pasien terlihat lemah
2.   TD 80/50 mmHg, Nadi 112 x/menit, Suhu 390C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kurang asupan makanan




RUMUSAN DIAGNOSA
1.      Domain 2. Nutrisi
Kelas 5 Hidrasi
Kode : 00027
Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan aktif yang di tandai dengan pasien mengatakan BAB cair 5x dalam sehari, mual dan muntah dua kali, badan terasa demam, warna feses kuning kehijauan bercampur lendir, Suhu 390C, TD 80/50 mmHg, Nadi : 112x/menit, RR: 22x/menit, pasien terlihat lemas, terpasang infus RL 17 tetes/menit
2.      Domain 2. Nutrisi
Kelas 1. Makan
Kode : 00002
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan ditandai dengan pasien mengatakan mual dan muntah dua kali, pasien terlihat lemah, TD 80/50 mmHg, Nadi 112 x/menit, Suhu 390C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit.













INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Tujuan Dan Kriteria Hasil
Intervensi
1
Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan kurang asupan makanan ditandai dengan
DS :
1.      Pasien mengatakan BAB cair 5x dalam sehari
2.      Pasien mengatakan mual dan muntah dua kali
3.      Pasien mengatakan bahwa badan terasa demam

DO :
1.      Warna kuning kehijauan bercampur lendir
2.      Suhu 390C
3.      TD 80/50 mmHg
4.      Nadi : 112x/menit
5.      RR: 22x/menit
6.      Pasien terlihat lemas
7.      Terpasang infus RL 17 tetes/menit
1.   Hidrasi dapat teratasi dibuktikan dengan kriteria hasil:
a.    Suhu tubuh normal
b.   Tekanan darah normal
c.    Nadi normal
d.   Tidak ada diare
e.    Tidak ada peningkatan suhu tubuh

2.   Nafsu makan  dapat teratasi dibuktikan dengan kriteria hasil:
a.    Hasrat keinginan untuk makan
b.   Intake makanan tercukupi
c.    Intake nutrisi tercukupi
d.   Intake cairan tercukupi

3.   Eliminasi usus dapat teratasi dibuktikan dengan kriteria hasil:
a.    Pola eliminasi normal
b.   Warna feses normal
c.    Tidak ada darah dan lendir pada feses
d.   Tidak ada diare

4.   Keparahan mual dan muntah dapat teratasi dibuktikan dengan kriteria hasil:
a.    Tidak ada mual
b.   Tidak ada muntah
1.   Menejemen cairan
a.    Monitor status hidrasi (misalnya, membrane mukosa lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah ortostatik
b.   Distribusikan asupan cairan selama 24 jam
c.    Berikan terapi iv, seperti yang ditentukan

2.   Monitor cairan
a.    Tentukan jumlah dan jenis intake atau asupan cairan serta kebiasaan eliminasi
b.   Monitor asupan dan pengeluaran

3.   Manajemen Elektrolit
a.    Lakukan pengukuran untuk mengotrol kehilangan elektrolit yang berlebihan (misalnya,. Dengan mengistirahatkan saluran cerna, perubahan deuretik dan pemberian antipiretik) dengan tepat
b.   Berikan suplememn elektrolit (misalnya, pemberian secara oral, nasogastrik dan pemberian cairan melalui intravena) sesuai resep da keperluan
c.    Monitor efek samping suplemen elektrolit yang diresepkan (misalnya,. Iritasi saluran cerna)

4.   Manajemen Diare
a.    Identifikasi faktor yang bisa menyebabkan diare  (misalnya,. medikasi, baktri, dan pemberian makan lewat selang
b.   Monitor tanda dan gejala diare
c.    Intruksikan pasien atau keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
d.   Ajari pasien cara penggunaan obat antidiare secara  tepat

5.   Pengaturan suhu
a.    Monitor suhu paling tidak 2 jam sesuai kebutuhan
2
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan ditandai dengan:
DS:
1.   Pasien mengatakan mual dan muntah dua kali

DO:
1.   Pasien terlihat lemah
2.   TD 80/50 mmHg, Nadi 112 x/menit, Suhu 390C, Frekuensi pernapasan 22 x/menit
1.Status nutrisi dapat teratasi dibuktikan dengan:
a.    Adanya asupan gizi
b.   Adanya asupan makanan
c.    Energy terpenuhi
d.   Hidrasi terpenuhi
1.      Manajemen nutrisi
a.       Atur diet yang diperlukan (menyediakan makanan protein tinggi : menyarankan menggunakan bumbu dan rempah-rempah sebagai alternative untuk garam, menyediakan pengganti gula : menambah atau mengurangi kalori, menambah atau mengurangi vitamin, mineral, atau suplemen)
b.      Pastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik dan pada suhu yang paling cocok untuk konsumsi secara optimal





BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting. Nutrisi berbeda dengan makanan, makanan adalah segala sesuatu yang kita makan sedangkan nutrisi adalah apa yang terkandung dalam makanan tersebut.
Sistem pencernaan berfungsi sebagai transport, pengelolaan fisik, pengelolaan kimiawi dan reabsorbsi. Pencernaan berlangsung mekanik dan kimiawi meliputi ingesti (masuknya makanan kedalam mulut), pemotong dan penggilingan, peristaltis  (gerakan kontraksi otot polos usus), digresi (penguraian molekul ukuran besar menjadi lebih kecil), absorpsi (penyerapan produk akhir pencernaan ke sirkulasi) dan egesti/defekasi (eleminasi produk sisa pencernaan).
Tanda-tanda dehidrasi berat dan sudah terjadi syok hipovlemik adalah tekanan darah menurun atau tidak terukur, nadi cepat, gelisah, sianosis, dan ektremitas dingin. Pada diare akut dapat terjadi hipokalemia akibat kalium ikut terbuang bersama cairan feses sehingga beresiko terjadi aritmia jantung.
Untuk pengobatan, pada pengobatan antibiotik pada umumnya tidak dianjurkan karena akan mengubah flora normal usu dan menyebabkan diare menjadi lebih bruk. Pada diare akut infeksi, 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik.Pemberian antibiotik di dindikasikan pada pasein dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, fese berdarah, leukosit pada feses.

4.2  Saran
Penulisan makalah  ini memuat saran-saran yang ditujukan ke berbagai pihak, antara lain:
a.       Bagi pembaca, terutama mahasiswa keperawatan diharapkan dapat menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien Gastroenteritis
b.      Bagi pembaca agar memperbaiki segala kekurangan yang terdapat pada makalah ini, sehingga makalah ini dapat dicetak dengan kondisi yang lebih baik


DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily., Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta : EGC
Bulechek, Gloria M, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification. Elsevier
Herdman, Heather T. 2015. NANDA International DIAGNOSAKEPERAWATAN Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC
Moorhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification. Elsevier
Saputra, Lyndon. 20. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Binarupa Aksara
Suratun, Lusiana. 2010. Asuahan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestina . Jakarta : TIM
Susuilaningrum, 2013. Asuahan Keperawatan BAYI DAN ANAK. Jakarta : Salemba Medika



Tidak ada komentar:

Posting Komentar